Sayonara Irena
Suasana hiruk pikuk mewarnai penutupan theater malam hari itu. Idol
group asal ibukota Jakarta yang juga merupakan sister group dari AKB 48
Jepang, JKT 48 menggelar theater rutin untuk kesekian kalinya pada malam hari
itu. Seperti biasanya sebelum berpisah para idol yang tampil memberikan salam
dan ucapan terima kasih kepada pada penonton. Malam itu pertunjukkan theater
Idol Group itu sukses seperti sebelum-sebelumnya. Suasana riuh itu kemudian
berpindah ke belakang panggung dimana para member melakukan sedikit
evaluasi atas pementasan malam itu dan briefing untuk pertunjukkan selanjutnya
sebelum masing-masing dari mereka pulang.
Melody salah satu member idol group tersebut tampak sangat lelah malam
itu. Ia termasuk member yang berdomisili paling jauh dari tempat pertunjukkan di
Jakarta, yaitu di kota Bandung. Ia juga masih berstatus sebagai mahasiswi di
sebuah universitas ternama di Bandung. Dengan segala kesibukannya ia harus
menempuh jarak Jakarta-Bandung hampir setiap harinya untuk menjalani
kehidupan sebagai seorang idol sekaligus tidak melupakan kewajibannya sebagai
mahasiswi. Pagi hingga sore hari ia kuliah, sisanya hingga malam hari ia berada
di Jakarta untuk perform di theater, kemudian pulang kembali ke Bandung.
Sebuah kehidupan yang tidak mudah dijalani orang biasa.
Malam itu tidak seperti biasanya Melody tenggelam dalam kegalauannya.
Bukan karena ia merasa jenuh menjadi idol melainkan karena ia lelah harus
menjalani kehidupan seperti itu seriap hari. Menjadi idola merupakan impiannya
sejak kecil, yang sekarang tengah diuji melalui kesempatannya menjadi member
JKT48, di satu sisi ia merasa lelah seperti menjalani dua kehidupan yang berbeda.
Terkadang terlintas di benaknya untuk berhenti menjadi idol, akan tetapi
keceriaan yang ia temui setiap hari di keluarga JKT48 serta dukungan dari fans
lah yang membuatnya terus berusaha bertahan sejauh ini. Namun beban fisik
tampaknya sudah terlalu berat baginya. Ia merasa tidak sanggup jika harus terus
begitu. Di dalam mobil dalam perjalanan pulang ke Bandung ia hanya bisa
merenung memandang gelapnya malam dan lampu jalanan yang lewat
berkelebatan.
Hari itu masih sangat pagi dan Melody terbangun sangat awal sekali. Hari
itu adalah jadwalnya ia pergi ke kampusnya untuk bertemu dengan dosen
pembimbing skripsi untuk membahas rencana penelitian. Melody sudah
memasuki jenjang akhir dari masa kuliahnya yang berarti akan menjadi semakin
sibuk. Ia harus pintar-pintar mengatur waktu untuk urusan akademis, theater dan
lain sebagainya yang berarti dengan segudang kesibukannya itu dia juga butuh
istirahat yang cukup. Entah kenapa hari ini dia bisa bangun sepagi itu, seharusnya
waktu tidurnya belum cukup untuk recovery. Ia pun melihat jam, rasanya sudah
tanggung jika mau tidur lagi, bisa-bisa ia kesiangan. Ia pun turun dari tempat tidur
dan melihat setumpuk kertas di meja belajarnya. Kertas-kertas itu adalah fan
letter dari para penggemarnya yang semalam belum selesai dibaca semuanya
karena ia sudah sangat lelah dan mengantuk.
Melody mengambil tumpukan surat itu lalu membacanya lagi, isinya
bermacam-macam mulai dari pesan-pesan semangat hingga sanjungan atas
penampilannya bahkan ada surat yang menceritakan hal-hal lucu. Ia tersenyum
membaca surat dari para penggemarnya itu. Hal-hal seperti ini lah yang membuat
segalanya berarti. Ia masih menyortir surat-surat itu ketika menyadari ada sebuah
amplop yang masih belum dibuka. Amplop berukuran kecil itu sangat menarik
perhatiannya dengan desain gambar bermotif bunga-bunga matahari buatan
tangan yang sangat cantik. Melody membuka amplop itu dengan pelan karena
tidak ingin merusaknya. Di dalamnya terdapat dua lembar kertas berwarna merah
muda. Ia membaca tulisan tangan di atasnya
Untuk kak Melody Nurramdhani Laksani (MelodyJKT48)
“Halo kak Melody, apa kabar? Perkenalkan namaku Irena. Umurku 10 tahun,
salam kenal ya kakak yang baik. He he...”
Kak Melody, ini adalah surat pertamaku sejak aku mengidolakan kakak.
Dulu aku belum tahu tentang JKT48 dan kak Melody, tapi Kakak sepupuku
yang memperkenalkanku dengan JKT48. Sepupuku itu fans JKT48 sejak awal
terbentuk, waktu itu dia merekam penampilan JKT48 saat tampil di acara
kebudayaan Jepang dan memperlihatkannya padaku. Pertama kali aku melihat
rekaman itu aku langsung jatuh hati pada JKT48 dan yang menarik perhatianku
adalah kak Melody yang sering sekali berada di tengah. Soalnya kakak itu manis
apalagi kalo sedang tersenyum. Aku langsung suka kak melody, kalo kata kakak
sepupuku Oshimen ku adalah kak melody. Hehe..
Sejak saat itu aku sering mencari lebih banyak tentang JKT48 dan kak Melody.
Aku mulai tahu soal profil kak Melody dan member-member lainnya, aku juga
mulai mengoleksi foto-foto kak Melody dari internet dan juga lagu-lagu JKT48.
Setiap mendengar lagu JKT48 rasanya aku sangat senang, apalagi kalau melihat
kak Melody dan JKT48 tampil di acara TV, aku pasti tidak pernah melewatkan
acaranya. Sewaktu kakak sepupuku pulang dari theater dia membawakan aku
souvenir JKT48 dan aku senang sekali dapat gelas dan kipas yang bergambar kak
Melody. Dia juga memberiku poster besar kak Melody yang sekarang aku pajang
dikamar biar setiap hari bisa lihat kak Melody.
Oh iya, Kakak sepupuku bilang, menjadi seorang idol itu katanya tidak gampang.
Perlu perjuangan berat dan latihan yang keras. Menjadi seorang Idol juga harus
terus sekolah. Kata kakak sepupuku, member seperti kak Melody, kak Ghaida,
kak Dhike dan member-member lainnya yang tinggal di Bandung harus pulang
pergi setiap hari Jakarta ke Bandung untuk perform di theater sekaligus sekolah.
Pasti berat sekali ya kak? Aku tidak bisa membayangkan bagaimana lelahnya kak
Melody menjalani semua itu. Tapi, aku percaya kakak pasti bisa, kakak pasti akan
melakukan semua itu untuk mengejar impian kakak. Kakak pasti bisa, karena kak
Melody kan kuat seperti Sailormoon. Hihi.. ^_^
Kak, aku juga mau bercerita ke kakak aku juga punya sebuah impian dalam
hidupku. Aku ingin sekali jadi komikus, karena aku suka sekali menggambar.
Gambar bunga matahari ku bagus tidak kak? Aku sengaja menggambar bunga
matahari karena aku lihat Kak melody selalu bercahaya seperti bunga matahari.
Tapi aku juga masih bingung karena aku juga suka menyanyi, aku juga mau jadi
penyanyi. Aku tidak bisa memilih karena aku suka dua-duanya. Sejak aku melihat
kak Melody tampil di tv bersama JKT48 itu membuatku termotivasi. Aku juga
tidak mau kalah, aku akan berjuang keras mewujudkan impianku. Doakan aku ya
kak.
Sekian dulu ya surat dari ku. Kapan-kapan aku boleh kirim surat lagi kan? Oh
iya, nanti aku kirimi gambar kak Melody buatanku sendiri deh. Aku senang sekali
kak Melody mau membaca suratku. Jaga kesehatan dan terus berjuang ya kak,
aku selalu mendukung kakak. Ganbatte. ^_^
Salam : Irena
Melody tertegun membacanya. Ada perasaan yang berbeda ketika
membaca surat itu. Kata-kata anak itu begitu polos dan terdengar ceria. Ia baru
kali ini menerima surat yang menguras emosinya seperti itu. Baginya ada
perasaan seperti bukan menerima surat dari seorang penggemar. Ini seperti
mendengakan curahan hati seseorang sahabat atau adik sendiri, mungkin seperti
itu rasanya. Melody kemudian membaca surat itu berulang kali, hingga tanpa
terasa matahari mulai bersinar terang di luar sana. Pagi hari pun menjelang, ia pun
menyimpan baik-baik semua surat penggemar itu, termasuk surat dari Irena dan
melaksanakan aktivitasnya. Hari itu dia seperti mendapatkan amunisi semangat
baru, ia telah lupa akan kegalauannya semalam. Ia menjalani hari itu dengan
sangat bersemangat, kuliah beserta aktivitas kampus lainnya lalu kemudian pergi
theater di Jakarta. Hari itu dapat ia lewati tanpa merasa terbebani. Surat dari para
penggemar terutama dari anak kecil bernama Irena yang ia baca pagi, itu telah
menyuntikkan semangat baru baginya.
Sejak saat itu Irena terus mengirimkan surat pada Melody. Irena adalah
gadis yang periang dan bersemangat, itu tergambar dari kata-katanya di surat
yang dikirimkan ke Melody. Ia banyak bercerita tentang hobinya menggambar,
lalu bagaimana dia sekarang sedang belajar main gitar dan bernyanyi karena
terinspirasi oleh Melody, Irena selalu mengirimkan suratnya dalam amplop
berwarna merah muda dengan gambar bunga matahari buatan tangannya. Suatu
waktu suratnya dikirim bersama dengan gambar Melody dalam bentuk karikatur
manga style. Gambar itu dibuat dengan sangat bagus seperti komik Jepang.
Melody sangat senang menerima gambar itu dan ia beri pigura untuk dipajang di
kamarnya.
Baginya surat dari Irena seperti mendengarkan isi hati dari seorang adik
sendiri. Memang ia memiliki adik yang juga member JKT48 yaitu Frieska, akan
tetapi membaca surat dari Irena itu seperti mempunyai adik kecil lagi yang
membuatnya bahagia selayaknya seorang kakak. Irena sering bercerita tentang
bagaimana dia sangat ingin sekali nonton theater JKT48 secara langsung dan
bertemu dengan Melody, hampir di setiap surat yang dikirimkan ia mengatakan
hal itu. Salah satu penggalan suratnya berbunyi
“Kak, Melody aku ingin sekali melihat penampilan kakak di theater. Aku sangat
menantikan hari dimana kita bisa ketemu. Itu adalah salah satu impian besarku,
bertemu dengan seorang idol seperti kakak. Rasanya pasti seperti mimpi”
Melody sangat ingin sekali membalas surat dari Irena, namun semua surat
dikirim tanpa alamat, email atau apa pun yang bisa membuatnya dihubungi. Ia
betul-betul ingin sekali membalasnya, paling tidak sekedar mengucapkan kata
terima kasih. Tapi sayangnya tidak bisa ia lakukan.
Suatu hari dalam suratnya yang lain Irena juga mengungkapkan kegembiraannya
karena telah memiliki photopack yang ditandatangani oleh Melody
“Kak Melody, Hari ini aku sangat senang. Kakak sepupuku baru saja pulang dari
sign event dan dia memberiku photopack yang ditandatangani sama kak Melody.
Aku senang sekali, Ini seperti harta karun buatku. Terima Kasih ya Kak. Akan
kujaga baik-baik”
“Berarti aku bertemu dengan sepupunya tadi saat sign event” Melody
mencoba mengingat-ingat siapa saja, namun jumlah photopack penggemar yang
ia tandatangani sangat banyak tidak dapat diingatnya satu-satu. Ia ingin sekali
mengetahui soal Irena, banyak sekali pertanyaan yang muncul
dikepalanya. “Kenapa dia tidak datang sendiri? Kenapa semua harus lewat kakak
sepupunya? Padahal kalau dia datang sendiri kita bisa bertemu, dan aku setidak
nya bisa mengucapkan terima kasih atas gambar yang ia kirim dan juga surat-
suratnya yang telah memberiku semangat untuk terus berjuang” Pertanyaan itu
terus-menerus membayangi Melody. Begitu banyak hal yang ingin ia bagi dengan
gadis kecil itu, namun ia hanya bisa berharap terus menerima surat darinya.
Di hari yang lain Melody kembali menerima surat darinya. Kali ini surat
itu dikirim bersama dengan sebuah CD. Di dalam surat itu tertulis
“Kakak, akhirnya aku bisa memainkan lagu dengan menggunakan gitar. Aku
ingin menyanyikan lagu untuk kak Melody, jadi aku kirimkan rekaman CD.
Didengar ya kak. :D”
Melody mengeluarkan CD itu dari sampul plastiknya dan memasangnya
pada CD player di kamarnya. Terdengar suara seorang anak perempuan yang
sangat merdu mengalunkan sebuah lagu milik penyanyi YUI – “Good Bye Days”.
Lagu itu dibawakan dengan sangat apik disertai juga dengan petikan gitar yang
merdu. Hati Melody bergetar mendengarkannya. “Anak ini berbakat menjadi
penyanyi” ia bergumam dalam hati sembari tersenyum. “Lagu yang bagus, tapi
kenapa anak yang terdengar ceria sepertinya memilih membawakan lagu dengan
tema sesedih ini?” Walaupun mereka belum pernah bertemu satu sama lain,
namun ia dapat membayangkan anak seperti apa Irena hanya dengan mendengar
suara itu. Karena sangat kagumnya Melody pun memposting cover song yang
dibawakan Irena itu di akun G+ miliknya.
Sudah hampir enam bulan lamanya sejak pertama kali Melody menerima
surat dari Irena, dan sudah selama itu juga gadis itu selalu mengiriminya surat
setiap minggu. Surat itu selalu memberikan semangat yang tidak habis-habisnya.
Berkat surat-surat itu Melody semakin mantap hatinya untuk menjalani
kehidupannya sekarang, ia ingin memberikan contoh yang baik dan ia tidak ingin
mengecewakan impian gadis kecil itu. Berkali-kali dalam suratnya Irena selalu
berkata bahwa Melody menginspirasinya untuk terus berjuang. Entah berjuang
dalam hal apa Irena tidak pernah memberi tahunya, apakah dalam mengejar
impiannya menjadi komikus atau penyanyi Melody tidak tahu, yang jelas ia selalu
mengatakan merasa sangat termotivasi.
Hingga pada suatu saat Melody tidak lagi menerima surat dari Irena.
Selama seminggu itu tidak lagi datang surat dalam amplop bergambar bunga
matahari itu, padahal biasanya minimal sekali dalam seminggu surat itu datang. Ia
terus menunggu datangnya surat itu hingga minggu berikutnya dan berikutnya
lagi tapi surat dari Irena tidak kunjung datang. Ada apa? Apakah dia bosan
mengirimi ku surat karena tidak pernah kubalas? Melody mencoba menerka apa
yang dipikirkan oleh gadis kecil itu. Ia hanya bisa menunggu namun surat itu
betul-betul tidak kunjung datang lagi. Sudah lewat sebulan lamanya sejak Melody
berhenti menerima surat dari Irena, ia sangat merindukannya, ia rindu kata-kata
polos anak itu, ia rindu kalimat-kalimat keceriaan yang ditulisnya dalam surat-
suratnya. Namun kini ia hanya bisa menanti datangnya kembali surat dari anak
itu, surat yang pernah memberinya semangat baru dan memantapkan hatinya di
jalan ini. Ia baru mendapatkan jawabannya pada saat acara Meet and Greet (MnG)
berikutnya berlangsung.
Ratusan penggemar memadati aula sebuah mall yang menjadi tempat
diselenggarakannya acara tersebut. Satu per satu para member dengan sabar
melayani permintaan para penggemarnya. Melody termasuk salah satu member
yang paling sibuk melayani permintaan penggemarnya. Ia sangat berharap besar
dalam antrean penggemarnya itu terdapat seorang gadis kecil berusia 10 tahun
yang selama ini tak hentinya memberikan surat dukungan, orang yang sangat ia
nantikan untuk bertemu, namun hingga barisan terakhir ia tidak juga
mendapatinya. Sia-sia saja pada acara kali ini pun ia tidak datang.
Barisan penggemar Melody sudah hampir habis, ketika di antrian paling
belakang terdapat seorang pemuda tinggi berambut ikal dan mengenakan
kacamata. Ia terlihat lebih muda beberapa tahun dari Melody. Ia maju perlahan-
lahan hingga berdiri tepat di depan meja Melody. Pemuda itu mengeluarkan
sesuatu dari saku jaketnya dan menyerahkannya pada Melody. Benda yang tidak
asing lagi bagi Melody. Sebuah amplop merah muda dengan gambar bunga
matahari buatan tangan.
Melody terkejut bukan main melihat amplop tersebut hingga pen yang
dipegangnya terjatuh. Dengan tangan bergetar ia menerimanya dari tangan
pemuda tersebut.
“Maaf kak, nama saya Reno. Saya adalah kakak sepupu Irena.” Pemuda itu bicara
terlebih dahulu seolah-olah tahu apa yang dipikirkan oleh Melody.
Melody tampak sudah menduganya. Ia merasa lega akhirnya bisa bertemu
dengan orang yang sering disinggung Irena dalam suratnya dan berharap dapat
mengetahui jawaban atas semua pertanyaannya selama ini.
“Oh, iya.. kamu kakak sepupunya Irena ya? Dia sering bercerita di suratnya.
Apakah ini surat dari dia? Dimana Irena?”
Reno tidak bisa bicaa sepatah katapun. Ia lalu hanya berkata
“Maaf kak Melody, Saya kemari hanya untuk menyampaikan surat itu. Kak
Melody bisa tahu sendiri setelah membacanya. Saya tidak bisa bilang apa-apa
lagi.”
Reno berbalik dan meninggalkan stand tersebut. Melody menyadari ada yang
salah, ia mengejar pemuda itu hingga ke sebuah lorong di dalam mall.
“Tunggu dulu!” Melody menahan Reno dari belakang
“Ceritakan apa yang terjadi! Kemana Irena?”
“Dia sudah pergi...”
“Kemana dia pergi?”
“Dia pergi... Dia... sudah meninggal”
Melody sangat terkejut mendengarnya. Langit-langit itu terasa ingin runtuh.
“Apa katamu?”
“Irena sudah meninggal sebulan yang lalu kak. Dia terserang penyakit akibat virus
yang belum ada obatnya. Sekitar enam bulan yang lalu”
“Penyakit itu menyerang sistem syarafnya dan ia mulai tidak bisa berjalan, saat
itu. Dokter sudah menyerah dan keluarga memindahkan perawatannya di rumah
agar ia bisa lebih bahagia di saat akhir.”
“Itu merupakan sebuah keajaiban. Saat di RS dokter memvonis hidupnya hanya
kurang dari sebulan, akan tetapi kenyataannya ia mampu bertahan hampir selama
enam bulan ini”
“Sejak dia mengetahui tentang kak Melody dan JKT48 hari-harinya berubah
menjadi lebih bersemangat, dia tidak meneyrah pada penyakitnya, bahkan di
saat kakinya sudah lumpuh dia masih minta diajari main gitar sampai akhirnya
dia bisa mengirimkan lagu itu kepada kak Melody. Dia berhasil bertahan lebih
lama dari perkiraan dokter. Berkat kak Melody, hari-hari terakhir Irena di dunia
ini menjadi lebih berwarna. Setiap menulis surat untuk kakak dia menjadi sangat
bersemangat.”
Melody menitikkan air matanya. Rasanya sulit mempercayai sepatah demi sepatah
kata penjelasan dari Reno. Ia merasa sesak dan sekujur tubuhnya lemas, ia tidak
percaya bagaimana mungkin Irena yang selama ini memberinya semangat dan
dukungan melalui surat-suratnya ternyata menderita penyakit yang begitu parah.
“Baginya, perjuangan kakak adalah sumber inspirasinya bertahan menghadapi
penyakitnya Dia tidak berharap kak Melody tahu dia sudah tidak ada lagi,
tapi kalau melihat bagaimana dia begitu mengidolakan kakak aku tidak bisa
untuk merahasiakannya lagi. Kalau kakak ingin mengunjungi makamnya akan
kuberitahu tempatnya.”
Seminggu setelahnya, pada hari dimana theater sedang diliburkan Melody
mengendarai mobilnya menuju sebuah tempat pemakaman yang berlokasi di
lingkar luar kota Jakarta. Tempat pemakaman itu sangat indah dengan lanskap
bukit dan pemandangan padang rumput beserta danau, tampat yang indah untuk
peristirahatan Irena. Melody melangkahkan kakinya menuju paviliun pemakaman
tempat yang diberitahukan oleh Reno. Setelah beberapa lama mencari ia pun
berhenti di depan sebuah batu nisan di bawah pohon besar yang rindang.
“Kak Melody, apa kabar? Maaf aku tidak bisa menulis surat minggu yang lalu.
Ibu bilang aku harus istirahat, dokter juga menyuruhku tidak boleh banyak
bergerak. Aku juga tidak tahu kenapa. Kakak tahu tidak? aku menulis surat
ini diam-diam tanpa sepengetahuan mereka, yang tahu hanya kakak sepupuku.
Aku sudah rindu menulis surat untuk kakak. Jadi aku mau titip kepadanya untuk
diberikan ke kakak. Sebetulnay aku sangat ingin bertemu langsung dengna kakak,
aku juga ingin sekali pergi ke theater dan melihat kakak tapi sayangnya tidak
bisa. Walaupun begitu dukunganku terhadap kak Melody tidak akan pernah
berhenti.
Hari Minggu kemarin kakak sepupuku yang baru pulang dari theater bilang
padaku kalau kak Melody sedang sakit jadi tidak bisa ikut pentas, padahal dia
sudah janji akan merekamkan penampilan kak Melody di Theater itu karena
dia dapat tempat duduk paling depan. Tapi aku tidak marah kok, kakak harus
istirahat cukup agar jangan sakit. Aku sangat sedih kalau kak Melody sakit.
Kakak harus tetap berjuang menggapai impian kakak, aku percaya kakak pasti
bisa menjadi idola yang keren. Jangan menyerah ya kak. Ganbatte!! “
Melody berdiri di depan nisan tersebut sembari membaca surat terakhir dari Irena.
Air matanya berlinang deras ketika membaca sampai pada “Jangan menyerah”
kata-kata terakhir dari Irena, bahkan hingga akhir hayatnya anak itu tidak juga
berhenti memberinya dukungan. Gadis kecil yang baik, ia pasti sangat menderita
selama ini.
Di depan nisan itu samar-samar terdengar alunan lagu “Good Bye Days” dengan
“Terima Kasih atas dukunganmu adik kecilku. Aku tidak akan melupakanmu,
beristirahatlah dengan tenang. Aku berjanji tidak akan berhenti berjuang”.
Melody lalu berbalik dan melangkah pergi meninggalkan rumah peristirahatan
terakhir sang gadis kecil tersebut sembari berkata.
“Sayonara Irena....”
Suasana hiruk pikuk mewarnai penutupan theater malam hari itu. Idol
group asal ibukota Jakarta yang juga merupakan sister group dari AKB 48
Jepang, JKT 48 menggelar theater rutin untuk kesekian kalinya pada malam hari
itu. Seperti biasanya sebelum berpisah para idol yang tampil memberikan salam
dan ucapan terima kasih kepada pada penonton. Malam itu pertunjukkan theater
Idol Group itu sukses seperti sebelum-sebelumnya. Suasana riuh itu kemudian
berpindah ke belakang panggung dimana para member melakukan sedikit
evaluasi atas pementasan malam itu dan briefing untuk pertunjukkan selanjutnya
sebelum masing-masing dari mereka pulang.
Melody salah satu member idol group tersebut tampak sangat lelah malam
itu. Ia termasuk member yang berdomisili paling jauh dari tempat pertunjukkan di
Jakarta, yaitu di kota Bandung. Ia juga masih berstatus sebagai mahasiswi di
sebuah universitas ternama di Bandung. Dengan segala kesibukannya ia harus
menempuh jarak Jakarta-Bandung hampir setiap harinya untuk menjalani
kehidupan sebagai seorang idol sekaligus tidak melupakan kewajibannya sebagai
mahasiswi. Pagi hingga sore hari ia kuliah, sisanya hingga malam hari ia berada
di Jakarta untuk perform di theater, kemudian pulang kembali ke Bandung.
Sebuah kehidupan yang tidak mudah dijalani orang biasa.
Malam itu tidak seperti biasanya Melody tenggelam dalam kegalauannya.
Bukan karena ia merasa jenuh menjadi idol melainkan karena ia lelah harus
menjalani kehidupan seperti itu seriap hari. Menjadi idola merupakan impiannya
sejak kecil, yang sekarang tengah diuji melalui kesempatannya menjadi member
JKT48, di satu sisi ia merasa lelah seperti menjalani dua kehidupan yang berbeda.
Terkadang terlintas di benaknya untuk berhenti menjadi idol, akan tetapi
keceriaan yang ia temui setiap hari di keluarga JKT48 serta dukungan dari fans
lah yang membuatnya terus berusaha bertahan sejauh ini. Namun beban fisik
tampaknya sudah terlalu berat baginya. Ia merasa tidak sanggup jika harus terus
begitu. Di dalam mobil dalam perjalanan pulang ke Bandung ia hanya bisa
merenung memandang gelapnya malam dan lampu jalanan yang lewat
berkelebatan.
Hari itu masih sangat pagi dan Melody terbangun sangat awal sekali. Hari
itu adalah jadwalnya ia pergi ke kampusnya untuk bertemu dengan dosen
pembimbing skripsi untuk membahas rencana penelitian. Melody sudah
memasuki jenjang akhir dari masa kuliahnya yang berarti akan menjadi semakin
sibuk. Ia harus pintar-pintar mengatur waktu untuk urusan akademis, theater dan
lain sebagainya yang berarti dengan segudang kesibukannya itu dia juga butuh
istirahat yang cukup. Entah kenapa hari ini dia bisa bangun sepagi itu, seharusnya
waktu tidurnya belum cukup untuk recovery. Ia pun melihat jam, rasanya sudah
tanggung jika mau tidur lagi, bisa-bisa ia kesiangan. Ia pun turun dari tempat tidur
dan melihat setumpuk kertas di meja belajarnya. Kertas-kertas itu adalah fan
letter dari para penggemarnya yang semalam belum selesai dibaca semuanya
karena ia sudah sangat lelah dan mengantuk.
Melody mengambil tumpukan surat itu lalu membacanya lagi, isinya
bermacam-macam mulai dari pesan-pesan semangat hingga sanjungan atas
penampilannya bahkan ada surat yang menceritakan hal-hal lucu. Ia tersenyum
membaca surat dari para penggemarnya itu. Hal-hal seperti ini lah yang membuat
segalanya berarti. Ia masih menyortir surat-surat itu ketika menyadari ada sebuah
amplop yang masih belum dibuka. Amplop berukuran kecil itu sangat menarik
perhatiannya dengan desain gambar bermotif bunga-bunga matahari buatan
tangan yang sangat cantik. Melody membuka amplop itu dengan pelan karena
tidak ingin merusaknya. Di dalamnya terdapat dua lembar kertas berwarna merah
muda. Ia membaca tulisan tangan di atasnya
Untuk kak Melody Nurramdhani Laksani (MelodyJKT48)
“Halo kak Melody, apa kabar? Perkenalkan namaku Irena. Umurku 10 tahun,
salam kenal ya kakak yang baik. He he...”
Kak Melody, ini adalah surat pertamaku sejak aku mengidolakan kakak.
Dulu aku belum tahu tentang JKT48 dan kak Melody, tapi Kakak sepupuku
yang memperkenalkanku dengan JKT48. Sepupuku itu fans JKT48 sejak awal
terbentuk, waktu itu dia merekam penampilan JKT48 saat tampil di acara
kebudayaan Jepang dan memperlihatkannya padaku. Pertama kali aku melihat
rekaman itu aku langsung jatuh hati pada JKT48 dan yang menarik perhatianku
adalah kak Melody yang sering sekali berada di tengah. Soalnya kakak itu manis
apalagi kalo sedang tersenyum. Aku langsung suka kak melody, kalo kata kakak
sepupuku Oshimen ku adalah kak melody. Hehe..
Sejak saat itu aku sering mencari lebih banyak tentang JKT48 dan kak Melody.
Aku mulai tahu soal profil kak Melody dan member-member lainnya, aku juga
mulai mengoleksi foto-foto kak Melody dari internet dan juga lagu-lagu JKT48.
Setiap mendengar lagu JKT48 rasanya aku sangat senang, apalagi kalau melihat
kak Melody dan JKT48 tampil di acara TV, aku pasti tidak pernah melewatkan
acaranya. Sewaktu kakak sepupuku pulang dari theater dia membawakan aku
souvenir JKT48 dan aku senang sekali dapat gelas dan kipas yang bergambar kak
Melody. Dia juga memberiku poster besar kak Melody yang sekarang aku pajang
dikamar biar setiap hari bisa lihat kak Melody.
Oh iya, Kakak sepupuku bilang, menjadi seorang idol itu katanya tidak gampang.
Perlu perjuangan berat dan latihan yang keras. Menjadi seorang Idol juga harus
terus sekolah. Kata kakak sepupuku, member seperti kak Melody, kak Ghaida,
kak Dhike dan member-member lainnya yang tinggal di Bandung harus pulang
pergi setiap hari Jakarta ke Bandung untuk perform di theater sekaligus sekolah.
Pasti berat sekali ya kak? Aku tidak bisa membayangkan bagaimana lelahnya kak
Melody menjalani semua itu. Tapi, aku percaya kakak pasti bisa, kakak pasti akan
melakukan semua itu untuk mengejar impian kakak. Kakak pasti bisa, karena kak
Melody kan kuat seperti Sailormoon. Hihi.. ^_^
Kak, aku juga mau bercerita ke kakak aku juga punya sebuah impian dalam
hidupku. Aku ingin sekali jadi komikus, karena aku suka sekali menggambar.
Gambar bunga matahari ku bagus tidak kak? Aku sengaja menggambar bunga
matahari karena aku lihat Kak melody selalu bercahaya seperti bunga matahari.
Tapi aku juga masih bingung karena aku juga suka menyanyi, aku juga mau jadi
penyanyi. Aku tidak bisa memilih karena aku suka dua-duanya. Sejak aku melihat
kak Melody tampil di tv bersama JKT48 itu membuatku termotivasi. Aku juga
tidak mau kalah, aku akan berjuang keras mewujudkan impianku. Doakan aku ya
kak.
Sekian dulu ya surat dari ku. Kapan-kapan aku boleh kirim surat lagi kan? Oh
iya, nanti aku kirimi gambar kak Melody buatanku sendiri deh. Aku senang sekali
kak Melody mau membaca suratku. Jaga kesehatan dan terus berjuang ya kak,
aku selalu mendukung kakak. Ganbatte. ^_^
Salam : Irena
Melody tertegun membacanya. Ada perasaan yang berbeda ketika
membaca surat itu. Kata-kata anak itu begitu polos dan terdengar ceria. Ia baru
kali ini menerima surat yang menguras emosinya seperti itu. Baginya ada
perasaan seperti bukan menerima surat dari seorang penggemar. Ini seperti
mendengakan curahan hati seseorang sahabat atau adik sendiri, mungkin seperti
itu rasanya. Melody kemudian membaca surat itu berulang kali, hingga tanpa
terasa matahari mulai bersinar terang di luar sana. Pagi hari pun menjelang, ia pun
menyimpan baik-baik semua surat penggemar itu, termasuk surat dari Irena dan
melaksanakan aktivitasnya. Hari itu dia seperti mendapatkan amunisi semangat
baru, ia telah lupa akan kegalauannya semalam. Ia menjalani hari itu dengan
sangat bersemangat, kuliah beserta aktivitas kampus lainnya lalu kemudian pergi
theater di Jakarta. Hari itu dapat ia lewati tanpa merasa terbebani. Surat dari para
penggemar terutama dari anak kecil bernama Irena yang ia baca pagi, itu telah
menyuntikkan semangat baru baginya.
Sejak saat itu Irena terus mengirimkan surat pada Melody. Irena adalah
gadis yang periang dan bersemangat, itu tergambar dari kata-katanya di surat
yang dikirimkan ke Melody. Ia banyak bercerita tentang hobinya menggambar,
lalu bagaimana dia sekarang sedang belajar main gitar dan bernyanyi karena
terinspirasi oleh Melody, Irena selalu mengirimkan suratnya dalam amplop
berwarna merah muda dengan gambar bunga matahari buatan tangannya. Suatu
waktu suratnya dikirim bersama dengan gambar Melody dalam bentuk karikatur
manga style. Gambar itu dibuat dengan sangat bagus seperti komik Jepang.
Melody sangat senang menerima gambar itu dan ia beri pigura untuk dipajang di
kamarnya.
Baginya surat dari Irena seperti mendengarkan isi hati dari seorang adik
sendiri. Memang ia memiliki adik yang juga member JKT48 yaitu Frieska, akan
tetapi membaca surat dari Irena itu seperti mempunyai adik kecil lagi yang
membuatnya bahagia selayaknya seorang kakak. Irena sering bercerita tentang
bagaimana dia sangat ingin sekali nonton theater JKT48 secara langsung dan
bertemu dengan Melody, hampir di setiap surat yang dikirimkan ia mengatakan
hal itu. Salah satu penggalan suratnya berbunyi
“Kak, Melody aku ingin sekali melihat penampilan kakak di theater. Aku sangat
menantikan hari dimana kita bisa ketemu. Itu adalah salah satu impian besarku,
bertemu dengan seorang idol seperti kakak. Rasanya pasti seperti mimpi”
Melody sangat ingin sekali membalas surat dari Irena, namun semua surat
dikirim tanpa alamat, email atau apa pun yang bisa membuatnya dihubungi. Ia
betul-betul ingin sekali membalasnya, paling tidak sekedar mengucapkan kata
terima kasih. Tapi sayangnya tidak bisa ia lakukan.
Suatu hari dalam suratnya yang lain Irena juga mengungkapkan kegembiraannya
karena telah memiliki photopack yang ditandatangani oleh Melody
“Kak Melody, Hari ini aku sangat senang. Kakak sepupuku baru saja pulang dari
sign event dan dia memberiku photopack yang ditandatangani sama kak Melody.
Aku senang sekali, Ini seperti harta karun buatku. Terima Kasih ya Kak. Akan
kujaga baik-baik”
“Berarti aku bertemu dengan sepupunya tadi saat sign event” Melody
mencoba mengingat-ingat siapa saja, namun jumlah photopack penggemar yang
ia tandatangani sangat banyak tidak dapat diingatnya satu-satu. Ia ingin sekali
mengetahui soal Irena, banyak sekali pertanyaan yang muncul
dikepalanya. “Kenapa dia tidak datang sendiri? Kenapa semua harus lewat kakak
sepupunya? Padahal kalau dia datang sendiri kita bisa bertemu, dan aku setidak
nya bisa mengucapkan terima kasih atas gambar yang ia kirim dan juga surat-
suratnya yang telah memberiku semangat untuk terus berjuang” Pertanyaan itu
terus-menerus membayangi Melody. Begitu banyak hal yang ingin ia bagi dengan
gadis kecil itu, namun ia hanya bisa berharap terus menerima surat darinya.
Di hari yang lain Melody kembali menerima surat darinya. Kali ini surat
itu dikirim bersama dengan sebuah CD. Di dalam surat itu tertulis
“Kakak, akhirnya aku bisa memainkan lagu dengan menggunakan gitar. Aku
ingin menyanyikan lagu untuk kak Melody, jadi aku kirimkan rekaman CD.
Didengar ya kak. :D”
Melody mengeluarkan CD itu dari sampul plastiknya dan memasangnya
pada CD player di kamarnya. Terdengar suara seorang anak perempuan yang
sangat merdu mengalunkan sebuah lagu milik penyanyi YUI – “Good Bye Days”.
Lagu itu dibawakan dengan sangat apik disertai juga dengan petikan gitar yang
merdu. Hati Melody bergetar mendengarkannya. “Anak ini berbakat menjadi
penyanyi” ia bergumam dalam hati sembari tersenyum. “Lagu yang bagus, tapi
kenapa anak yang terdengar ceria sepertinya memilih membawakan lagu dengan
tema sesedih ini?” Walaupun mereka belum pernah bertemu satu sama lain,
namun ia dapat membayangkan anak seperti apa Irena hanya dengan mendengar
suara itu. Karena sangat kagumnya Melody pun memposting cover song yang
dibawakan Irena itu di akun G+ miliknya.
Sudah hampir enam bulan lamanya sejak pertama kali Melody menerima
surat dari Irena, dan sudah selama itu juga gadis itu selalu mengiriminya surat
setiap minggu. Surat itu selalu memberikan semangat yang tidak habis-habisnya.
Berkat surat-surat itu Melody semakin mantap hatinya untuk menjalani
kehidupannya sekarang, ia ingin memberikan contoh yang baik dan ia tidak ingin
mengecewakan impian gadis kecil itu. Berkali-kali dalam suratnya Irena selalu
berkata bahwa Melody menginspirasinya untuk terus berjuang. Entah berjuang
dalam hal apa Irena tidak pernah memberi tahunya, apakah dalam mengejar
impiannya menjadi komikus atau penyanyi Melody tidak tahu, yang jelas ia selalu
mengatakan merasa sangat termotivasi.
Hingga pada suatu saat Melody tidak lagi menerima surat dari Irena.
Selama seminggu itu tidak lagi datang surat dalam amplop bergambar bunga
matahari itu, padahal biasanya minimal sekali dalam seminggu surat itu datang. Ia
terus menunggu datangnya surat itu hingga minggu berikutnya dan berikutnya
lagi tapi surat dari Irena tidak kunjung datang. Ada apa? Apakah dia bosan
mengirimi ku surat karena tidak pernah kubalas? Melody mencoba menerka apa
yang dipikirkan oleh gadis kecil itu. Ia hanya bisa menunggu namun surat itu
betul-betul tidak kunjung datang lagi. Sudah lewat sebulan lamanya sejak Melody
berhenti menerima surat dari Irena, ia sangat merindukannya, ia rindu kata-kata
polos anak itu, ia rindu kalimat-kalimat keceriaan yang ditulisnya dalam surat-
suratnya. Namun kini ia hanya bisa menanti datangnya kembali surat dari anak
itu, surat yang pernah memberinya semangat baru dan memantapkan hatinya di
jalan ini. Ia baru mendapatkan jawabannya pada saat acara Meet and Greet (MnG)
berikutnya berlangsung.
Ratusan penggemar memadati aula sebuah mall yang menjadi tempat
diselenggarakannya acara tersebut. Satu per satu para member dengan sabar
melayani permintaan para penggemarnya. Melody termasuk salah satu member
yang paling sibuk melayani permintaan penggemarnya. Ia sangat berharap besar
dalam antrean penggemarnya itu terdapat seorang gadis kecil berusia 10 tahun
yang selama ini tak hentinya memberikan surat dukungan, orang yang sangat ia
nantikan untuk bertemu, namun hingga barisan terakhir ia tidak juga
mendapatinya. Sia-sia saja pada acara kali ini pun ia tidak datang.
Barisan penggemar Melody sudah hampir habis, ketika di antrian paling
belakang terdapat seorang pemuda tinggi berambut ikal dan mengenakan
kacamata. Ia terlihat lebih muda beberapa tahun dari Melody. Ia maju perlahan-
lahan hingga berdiri tepat di depan meja Melody. Pemuda itu mengeluarkan
sesuatu dari saku jaketnya dan menyerahkannya pada Melody. Benda yang tidak
asing lagi bagi Melody. Sebuah amplop merah muda dengan gambar bunga
matahari buatan tangan.
Melody terkejut bukan main melihat amplop tersebut hingga pen yang
dipegangnya terjatuh. Dengan tangan bergetar ia menerimanya dari tangan
pemuda tersebut.
“Maaf kak, nama saya Reno. Saya adalah kakak sepupu Irena.” Pemuda itu bicara
terlebih dahulu seolah-olah tahu apa yang dipikirkan oleh Melody.
Melody tampak sudah menduganya. Ia merasa lega akhirnya bisa bertemu
dengan orang yang sering disinggung Irena dalam suratnya dan berharap dapat
mengetahui jawaban atas semua pertanyaannya selama ini.
“Oh, iya.. kamu kakak sepupunya Irena ya? Dia sering bercerita di suratnya.
Apakah ini surat dari dia? Dimana Irena?”
Reno tidak bisa bicaa sepatah katapun. Ia lalu hanya berkata
“Maaf kak Melody, Saya kemari hanya untuk menyampaikan surat itu. Kak
Melody bisa tahu sendiri setelah membacanya. Saya tidak bisa bilang apa-apa
lagi.”
Reno berbalik dan meninggalkan stand tersebut. Melody menyadari ada yang
salah, ia mengejar pemuda itu hingga ke sebuah lorong di dalam mall.
“Tunggu dulu!” Melody menahan Reno dari belakang
“Ceritakan apa yang terjadi! Kemana Irena?”
“Dia sudah pergi...”
“Kemana dia pergi?”
“Dia pergi... Dia... sudah meninggal”
Melody sangat terkejut mendengarnya. Langit-langit itu terasa ingin runtuh.
“Apa katamu?”
“Irena sudah meninggal sebulan yang lalu kak. Dia terserang penyakit akibat virus
yang belum ada obatnya. Sekitar enam bulan yang lalu”
“Penyakit itu menyerang sistem syarafnya dan ia mulai tidak bisa berjalan, saat
itu. Dokter sudah menyerah dan keluarga memindahkan perawatannya di rumah
agar ia bisa lebih bahagia di saat akhir.”
“Itu merupakan sebuah keajaiban. Saat di RS dokter memvonis hidupnya hanya
kurang dari sebulan, akan tetapi kenyataannya ia mampu bertahan hampir selama
enam bulan ini”
“Sejak dia mengetahui tentang kak Melody dan JKT48 hari-harinya berubah
menjadi lebih bersemangat, dia tidak meneyrah pada penyakitnya, bahkan di
saat kakinya sudah lumpuh dia masih minta diajari main gitar sampai akhirnya
dia bisa mengirimkan lagu itu kepada kak Melody. Dia berhasil bertahan lebih
lama dari perkiraan dokter. Berkat kak Melody, hari-hari terakhir Irena di dunia
ini menjadi lebih berwarna. Setiap menulis surat untuk kakak dia menjadi sangat
bersemangat.”
Melody menitikkan air matanya. Rasanya sulit mempercayai sepatah demi sepatah
kata penjelasan dari Reno. Ia merasa sesak dan sekujur tubuhnya lemas, ia tidak
percaya bagaimana mungkin Irena yang selama ini memberinya semangat dan
dukungan melalui surat-suratnya ternyata menderita penyakit yang begitu parah.
“Baginya, perjuangan kakak adalah sumber inspirasinya bertahan menghadapi
penyakitnya Dia tidak berharap kak Melody tahu dia sudah tidak ada lagi,
tapi kalau melihat bagaimana dia begitu mengidolakan kakak aku tidak bisa
untuk merahasiakannya lagi. Kalau kakak ingin mengunjungi makamnya akan
kuberitahu tempatnya.”
Seminggu setelahnya, pada hari dimana theater sedang diliburkan Melody
mengendarai mobilnya menuju sebuah tempat pemakaman yang berlokasi di
lingkar luar kota Jakarta. Tempat pemakaman itu sangat indah dengan lanskap
bukit dan pemandangan padang rumput beserta danau, tampat yang indah untuk
peristirahatan Irena. Melody melangkahkan kakinya menuju paviliun pemakaman
tempat yang diberitahukan oleh Reno. Setelah beberapa lama mencari ia pun
berhenti di depan sebuah batu nisan di bawah pohon besar yang rindang.
“Kak Melody, apa kabar? Maaf aku tidak bisa menulis surat minggu yang lalu.
Ibu bilang aku harus istirahat, dokter juga menyuruhku tidak boleh banyak
bergerak. Aku juga tidak tahu kenapa. Kakak tahu tidak? aku menulis surat
ini diam-diam tanpa sepengetahuan mereka, yang tahu hanya kakak sepupuku.
Aku sudah rindu menulis surat untuk kakak. Jadi aku mau titip kepadanya untuk
diberikan ke kakak. Sebetulnay aku sangat ingin bertemu langsung dengna kakak,
aku juga ingin sekali pergi ke theater dan melihat kakak tapi sayangnya tidak
bisa. Walaupun begitu dukunganku terhadap kak Melody tidak akan pernah
berhenti.
Hari Minggu kemarin kakak sepupuku yang baru pulang dari theater bilang
padaku kalau kak Melody sedang sakit jadi tidak bisa ikut pentas, padahal dia
sudah janji akan merekamkan penampilan kak Melody di Theater itu karena
dia dapat tempat duduk paling depan. Tapi aku tidak marah kok, kakak harus
istirahat cukup agar jangan sakit. Aku sangat sedih kalau kak Melody sakit.
Kakak harus tetap berjuang menggapai impian kakak, aku percaya kakak pasti
bisa menjadi idola yang keren. Jangan menyerah ya kak. Ganbatte!! “
Melody berdiri di depan nisan tersebut sembari membaca surat terakhir dari Irena.
Air matanya berlinang deras ketika membaca sampai pada “Jangan menyerah”
kata-kata terakhir dari Irena, bahkan hingga akhir hayatnya anak itu tidak juga
berhenti memberinya dukungan. Gadis kecil yang baik, ia pasti sangat menderita
selama ini.
Di depan nisan itu samar-samar terdengar alunan lagu “Good Bye Days” dengan
suara Irena di dalam kepalanya. Ia tak lagi dapat membendung tangisnya dan
berkata sembari memegang nisan anak tersebut.“Terima Kasih atas dukunganmu adik kecilku. Aku tidak akan melupakanmu,
beristirahatlah dengan tenang. Aku berjanji tidak akan berhenti berjuang”.
Melody lalu berbalik dan melangkah pergi meninggalkan rumah peristirahatan
terakhir sang gadis kecil tersebut sembari berkata.
“Sayonara Irena....”
BY >> Twitter >> Aruvian_Di
@AruvianD