perkenalkan saya #minZUC cowo paling ganteng di blog ini !! .
SELAMAT DATANG DI BASE WARRIORSJKT48
Senin, 15 Oktober 2012

mimpi kami (cerpen)



                Hari ini terasa menyengat sekali panasnya, membuat badan gerah dan tak ada tenaga untuk keluar. Tiduran dikamar sepanjang siang, tak ada kegiatan lain. Sembari mendengarkan lagu-lagu berirama menghentak dari komputerku yang ada dipojok kamar. Bullet for my Valentine, Tengkorak, Purgatory, Lamb of God, dan yang lainnya. Ini lah style ku, music berirama keras sebagai penyemangat.


                “kakak,,,, matiin….!!!” Teriak adekku ochi terdegar dari luar kamar.
                “ga usah berisik, maen sana sama temenmu..”jawabku cuek,

                Yah, itulah adikku, ochi namanya. Dia super menjengkelkan, sama sekali tak ada seleranya yang sama denganku. Dari music, film, hobi, makanan, dan yang lainnnya. Sebagai kakaknya, aku sama sekali tidak dekat dengannya. Oh iya, namaku Novan. 4 tahun lebih tua dari adikku ochi. Orang tua kami bekerja diluar kota, hanya seminggu sekali mereka pulang.

                Kuliaht keluar jendela, ochi sedang bermain bersama teman-temannyadi sebelah rumah, sambil menggunakan tape ku yang tadi pagi dia pinjam. Ng’dance kata mereka, kalau kataku itu poco-poco atau senam pagi.hahahaha

                Tak lama berselang, terlihat dua orang cowok terlihat mendekati ochi yang sedang menari bersama teman-temannya. Aku pun membuka jendela lebar-lebar, takut-takut adikku digoda sama cowok-cowok itu. Benar saja, dua cowok itu mendekat.

                “hai ochi, makin cantik aja nih..” sapa salah satu cowok
                “iya nih, boleh gabung ga nih..??” sahut cowok yg satunya
                “boleh kok, emang bias ng’dance ya..??” jawab ochi
                “bisa donk..” jawab mereka kompak

                Dan mereka pun mulai menari bersama, ochi yang tadinya bersama melody, nabilah, dan Shania sekarang bertambah lagi dua orang yang entah siapa mereka aku ga tau, mungkin teman sekelasnya ochi atau siapalah aku ga peduli. Beberapa saat setelah melihat mereka menari, tawaku tak dapat ku tahan lagi

                “hahahahahha, eh lu maho ya,?? Nari kayak gitu. Liat ochi sama temen-temen emang bagus. Lihat lu bikin pantat gw cenat-cenut.hahahahha” teriak ku dari balik jendela.
                “eh jangan mentang-mentang lu kakaknya ochi terus lu bisa seenaknya yah.” Sahut salah satu cowok
                “bang novan diem deh, ngapain sih. Sana terusin dengerin music ga karuannya. Ganggu aja” ga nyangka ternyata ochi membela mereka
                “heh chi, abang ga kuat liat dua maho joget-joget kayak Julia perez disebelah rumah. Wahahahhahaha” tak tahan aku ingin meledek mereka.
                “turun lu kalo berani, jangan mentang-mentang dirumah jadi seenaknya”dua cowok ini mulai panas dengan ledekanku
                “bapak lu bawa sekalian biar gw kasih tau cara didik anak” sahut yg satunya
                Tawaku berhenti ketika dia mulai membawa nama ayahku, tak ada satupun yang boleh 
menghina ayahku. Tak pikir panjang aku memanjat jendela, melompat keluar. Mendekati mereka.

                “ih abang mau apaan sih, udah sana masuk” ochi menghadang langkahku
                “bang novan udah, jangan diambil hati” suara sania dari belakang
                “ga ada yg boleh menghina ayahku” tanganku menyingkirkan ochi dari hadapan, dan kaki ku kulayangkan ke dada salah satu cowok itu. Dan terpentallah dia, sedang yang satunya masih merasa kaget dan kulayangkan bogem mentahku ke arah pipi kanannya.

                Mereka pun langsung lari terbirit-birit begitu mendapat pukulanku “abang apa-apaan sih, ganggu aja kerjaannya” ochi terlihat marah dan mulai pergi dan disusul melody dan Shania. Dan terakhir nabilah mendekatiku “tak semua yang kau suka harus kau paksakan pada adikmu. Dia juga punya kehidupan sendiri” lalu nabilah pergi. Tinggal aku sendirian disini.

                Malam Harinya,

                Tak kusangka ayah dan ibuku pulang malam ini, padahal hari ini hari kamis belum hari sabtu. Rupanya mereka sengaja pulang untuk membicarakan tentang tempat kuliahku dan sma ochi.
                “ ayah sudah memutuskan, kamu kuliah di UNY, dan ochi di SMA 1, itu sekolah terbaik yang ayah tau.” Kata ayah memulai pembicaraan

                “tapi aku mau di ISI, aku mau melatih bakat seniku yah,” jawabku menentang.
                “jangan membantah, ini sudah keputusan ayah” jawab ayahku lantang.
                Malam ini aku dan ayah berdebat cukup keras, terlihat ochi memeluk ibu dengan sedikit meneteskan air mata. Waktu menunjukkan pukul 11, aku memalingkan wajahku dan berjalan menuju kamar mengakhiri perdebatan yang aku rasa takkan pernah usai. Masih terdengar nyaring suara ayahku yang masih marah-marah. Aku masuk ke kamar dan mengunci pintu kamarku, memaksakan diri untuk tidur dan melupakan apa yang baru saja terjadi.


                Terasa pusing kepalaku, ternyata sinar matahari telah menembus jendela kamarku dan menyinari seluruh badanku. Tak kusangka ochi sedang duduk di sebelahku menungguku bangun. Bagaimana dia bisa masuk, pikirku sejenak. Kuurungkan pertanyaanku setelah melihat dia sedang menangis.
                “ayah dan ibu sudah berangkat bang, mereka bilang abang ga akan kuliah.” Kata ochi sambil menangis
                Sejenak kuberfikir, namun tak apa. Memang aku keterlaluan semalam, lagian aku hanya akan mengecewakan kedua orang tuaku jika memaksakan diri masuk UNY. Yang membuatku sedih adalah melihat ochi menangis karena kepeduliannya kepadaku. Aku pun mencoba menghiburnya
                “sudahlah, dari pada sedih. Ayo kita nonton pertunjukan gangnam style di alun-alun nanti siang. Abang beli’in es krim deh” kataku sambil mengelus rambut ochi
                “ ya sudahlah, ditangisi juga ga bakal selesai masalahnya. Aku mandi dulu ya, sana abang juga mandi” ochi keluar dari kamarku.
                Tiba-tiba ochi masuk kamar lagi.
                “ abaaaaaaaaaaaaaaaaang, gangnam style, dialun-alun..?? aku baru inget nabilah kemarin juga ngajakin ke sana, gangnam style apaan, itu pertunjukkan kuda lumping…” teriak ochi kencang
                langsung aku lari kekamar mandi mengelak,  “maaf, abang ga bisa bedain. Hahahha”
Kuintip dia dari kamar mandi, rupanya dia sudah bisa tersenyum, sekarang aku sudah lega.
Setelah selesai mandi, dan anti baju, aku dan ochi berangkat melihat gangnam style, oh iya maaf. Kuda Lumping.
                Sembari berjalan, aku mulai ngobrol dengan ochi, hal sepele yang sangat jarang aku lakukan
“abang mau ikut festifal music bulan depan, hadiahnya lumayan lho bisa buat abang kuliah. Hahaha”
“yah semoga sukses deh, ochi juga mau ikut audisi dancer , yang menang ntar bisa sekolah selama setahun dijepang. Dan ketika lulus bisa dapat kontrak dari perusahaan rekaman ternama di Jakarta. Hahaha hebat mana..??” ejek ochi
“kalo jadi ke jepang, nitip salam buat naruto ya,,?? Katakana juga pada rock lee kalo gaya rambutnya buruk bgt. Coba di mowhawk pasti keren, he” jawabku nyleneh,
“duh, abang tuh anak metal tp suka kartun, ga malu sama nabilah.??” Goda ochi
“eh, ngapain nyampe-nyampe nabilah.?? Awas ya” wajahku tak sadar mulai memerah
“ ochi tau, abang sama nabilah sempat dekat kan..? cuman abang ga berani ngomong”

Yah, memang sempat aku dekat dengan nabilah, namun banyak hal yang membuatku tak bisa mengungkapkan perasaanku. Lebih baik aku konsentrasi mencari jalan untuk kuliah di ISI ( Institut Seni Indonesia ).


                Sabtu ini orang tua ku tidak pulang, mungkin masih marah karena ulah ku. Hari-hari terasa hampa setelah lulus dari SMA dan masih bingung bagaimana cara masuk universitas favoritku. Ochi pun sehari-hari menghabiskan waktunya untuk berlatih menyanyi dan dance bersama teman-temannya. Lumayan bisa liat Nabilah setiap hari, hehe. Setiap selesai waktu Dzuhur, teman-temanku juga datang menjemputku untuk latihan di studio. Ga mau kalah dengan ochi yang mempersiapkan diri untuk audisi, aku juga mempersiapkan diri untuk festifal. Kami sama-sama punya waktu seminggu untuk berlatih.

“bang makan dulu, ini ochi buatin mie instan rebus” ga biasanya nih ochi buatin makanan “sarapan dulu sebelum berangkat latihan”
                “sarapan tuh pagi, jam segini sarapan.” Ledekku padanya
                “mau nggak..??”
                “eh sini, mau mau. Kayaknya enak. Tapi dimana ayamnya..?? orang dibungkusnya aja gambar ayamnya kok. Pasti kamu makan ya..???”
                “yaelah abang, dasar korban iklan” kata ochi sambil pergi dengan cemberut
                “eh tunggu, ntar malem nonton yook” ajakku “film Indonesia baru, judulnya “pocong goyang gangnam vs kunti perawan mandi dikali” gila nih film Indonesia”
                “paling entar pocongnya maen kuda lumping, agggrrrr film Indonesia sudah keterlaluan. Sekalian aja abang nonton di In**siar. Itu ada yg naek elang sama ikan lagi berantem” wajah ochi semakin ditekuk
                Hahahahha, memang lucu sekali ochi kalau lagi digodain. Tiba-tiba HP ku bunyi, ternyata ada sms dari om ku. Om ku bekerja di pelayaran, dan sekarang sedang berada di Belanda. Dalam pesannya tertulis bahwa dia ingin mengajakku berlayar, gajinya lumayan besar. Namun aku mash ingin melanjutkan mimpiku, memenangkan Festifal dengan hadiah kontrak rekaman. Semoga bisa sukses dan aku akan melanjutkan kuliahku tanpa bergantung pada orang tua ku. Lagi pula aku tak ingin meninggalkan ochi, dia sendirian dirumah kasian.
               
                “abang beliin sepatu ya, sepatu ochi rusak” tiba-tiba ochi masuk kamar dan minta sepatu.
                “kenapa ga minta sama ayah saja kemarin.??”
                “maunya dari abang, kita kan akan berjuang bersama. Jadi bisa buat kenang-kenangan”
                “iya gampang besok, abang nyari uang dulu”
                “aa aaa aaa……..”
                “aa aa kenapa kamu chi..??”
                “aa aa aa azeeeek, hahahahha”
                “huu dasar, anak bandel” aku ga tau kenapa akhir-akhr ini jadi tambah dekat dengan ochi

                Keesokan paginya tibalah hari dimulainya festifal, setelah berdoa dan bersiap, aku dan teman-temanku berangkat ke tempat acara. Singkat cerita band ku gagal menjadi pemenang, cukup terpukul aku mendengar keputusan dewan juri, namun tak apalah ini sudah menjadi keputusan akhir.
                Namun tak disangka-sangka salah satu penonton ternyata seorang produser rekaman yang sedang berencana membentuk suatu band. Dia tertarik akan skill ku bermain gitar. Dia menawariku kontrak selama 2 tahun di asrama sekaligus aku akan mendapatkan kuliah gratis di ISI. Ini seperti mimpi kejatuhan bulan sama merkurius disusul planet-planet yang lain. Tak sabar aku ingin mengatakannya sama ochi. Dalam perjalanan pulang, aku melihat ada sepatu yang cantik. Sepertinya itu cocok banget buat ochi. Wah, harganya mahal banget. Tapi aku sudah berjanji sama ochi.
                Setibanya dirumah kusampaikan berita ini pada ochi, dia terlihat senang sekali mendengar itu
                “tp ochi, ada sesuatu hal yg perlu abang sampaikan.”
                “apa itu..??” ochi terlihat heran
                “aa, aaaa…”
                “apaan bang, jangan bikin penasaran donk”
                “aaa aaa azeeeeek, hahaha”
                “ah itu gayaku bang, huu” ochi cemberut, namun tak lama kemudian dia ikut tertawa bersamaku. Ini adalah hari terindah dalam hidupku.
                Selang dua hari, hari ini hari dimana ochi akan menunjukkan kemampuannya. Dia bersama melody, nabilah, dan Shania berangkat bersama. Teman-teman dari sekolahnya pun banyak yang ikut. Audisi nya dimulai jam 7 malam,
                “nanti abang beli sepatu dulu buat kamu, tadi tokonya tutup. Abang nyusul jam setenga 7”
                “beneran yah bang, jangan lewatkan adikmu ini yang akan mengguncang dunia”
                “hah, kamu ngupil aja belom bisa sendiri kok mau mengguncang dunia. Yang ada menggunjang tempat tidur abang tiap pagi, hu”
                “ah abang jorok, yaudah doa’in ochi ya. Ochi ga mau kalah sama bang novan.”

                Jujur saja aku tidak mempunyai uang sepersen pun, aku berencana menjual gitar kesayanganku ini ke rumah temanku. Ini adalah gitar yang telah lama menemaniku, membantuku dari nol sampai aku mendapatkan peluang emas. Dan gitar ini akan menjadi sebuah sepatu cantik untuk adikku yang cantik pula. Dan akan menemani hari-hari ochi.

                Sesampainya dirumah teman, tak lama aku bernegosiasi masalah harga. Aku pun deal, dan langsung menuju toko sepatu kemarin. Kubeli sepatu itu, ku bungkus dan ku tulis sepucuk surat dalam kotak sepatu itu.

                Berjalan menelusuri jalanan sepi, aku memilih melewati gang sempit karena itu jalan pintas menuju tempat audisi ochi. Gang ini sepi sekali, terlihat dari kejauhan beberapa pemuda sedang nongkrong sambil bermain gitar. Setelah dekat, tak kusangka satu diantaranya adalah orang yang aku pukulin ketika dia menari bersama ochi.

                “hey, itu yang pernah mukulin gue, ayo hajar” teriak orang itu
                Mereka berlima dan langsung menerjangku, aku hanya memeluk sepatu yang akan kuberikan pada ochi sementara mereka menendangi badanku yang sudah tersungkur. Entah berapa pukulan yang terlempar ke badanku, serasa badanku tidak bisa bergerak lagi. Setelah puas memukuliku mereka pergi sambil salah satu meludah kearahku. Badanku tak sanggub ku gerakkan lagi, bagaimana mungkin aku bisa memberikan sepatu ini pada ochi.

                “kriing kriing ….” Nada telfonku berbunyi, ternyata dari ayahku. Susah payah aku mengambil HP dari kantong celana ku. Ternyata ayah dan ibuku dalam perjalanan pulang untuk mendukung ochi yang sedang audisi. Kusampaikan bahwa aku mengalami kecelakaan dan butuh untuk dijemput. Serasa menunggu setahun akhirnya mobil orang tuaku datang. Kedua orang tua ku kaget, dan mengangkatku ke mobil. Mereka mau mengajakku ke rumah sakit namun aku menolak. Aku lebih memilih menuju ke tempat audisi ochi. 

                Setibanya disana aku tak mampu mengangkat badanku, lalu kau meminta kedua orang tua ku yang melihat dan mendukung ochi sementara aku menunggu dimobil. Dan kedua orang tuaku pun masuk, namun mereka terlambat. Ini adalah sesi pengumuman pemenang. Akhirnya ochi termasuk dalam jajaran nama pemenang. Ochi melihat kedua orang tuanya dan langsung berlari memeluk mereka. Namun bukan tawa yg terlihat hanya tangis dan air mata yang terlihat di raut wajah ochi.

                “bang novan jahat, dia janji mau datang dan membelikan ochi sepatu. Tp dia bohong” ochi semakin erat memeluk ibu.
                Ayah dan ibu hanya terdiam, dan mengajak ochi ke mobil. Saat ochi membuka pintu, dia sangat terkejut melihat keadaanku yang tak bisa bergerak dengan wajah berdarah.
                “hah, abang kenapa..?? kok bisa kayak gitu”
                “maaf ya chi, abang ogah masuk. Musiknya jelek bikin telinga abang panas. Mendingan abang tiduran disini. Hehe” jawabku sambil menahan rasa sakit
                “bang yang bener aja, abang kenapa..??” air mata ochi semakin bercucuran
                “abang tadi dikejar bencong pinggir jalan, soalnya abang nyuri sepatu mereka buat abang kasih ke ochi, ini” seraya memberikan sepatu yg aku persiapkan
                Ochi hanya bisa menangis menerima sepatu dariku.


                Dua hari berlalu setelah kejadian itu, namun rasa sakitnya terus menempel dibadanku. Aku masih belum bisa meninggalkan tempat tidur. Suatu malam tiba-tiba aku terbangung, terdengar suara kedua orang tua ku sedang berbicara dengan ochi.
                “ayah minta maaf, perusahaan sedang terpuruk. Ayah tidak bisa membiayai ochi”
                “tapi kan ochi jadi pemenang, hadiahnya kan gratis yah” sahut ochi
                “hadiahnya hanya berupa sekolah gratis selama setahun di Jepang. Sedang biaya transportasi dan biaya hidup ochi tetap harus ditanggung sendiri”
                Lama ochi dan orang tuaku berdiskusi, akhirnya diputuskan bahwa ochi mengurungkan niatnya pergi ke Jepang.
                “Ya Allah, kuatkanlah kami menghadapi ujianmu ini” tak bisa kubayangkan kesedihan ochi saat ini. Ini adalah impiannya sejak lama, namun setelah hampir mencapai impiannya………………………………

Keesokan paginya
                “abang bangun….” Teriak ochi menguncang-guncang kasur
                “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…………….” Teriakku tiba-tiba terlihat ochi sangat kaget
                “aaaaaaaaa azeeeeeeek……..hahahha”  
                “ah abang bikin kaget aja,”
                Tak terlihat sedikitpun ekspresi kesedihan di wajah ochi, dia belum tau bahwa aku mengetahui percakapannya dengan ayah. Ochi meninggalkan tempat tidurku, dia berencana pergi ke rumah nabilah.
Setelah ochi berangkat, aku menemui ayah dan ibuku.
                “aku berencana pergi sama om kerja di pelayaran yah”
                “kamu serius, bukannya kamu dapat kuliah gratis dari seorang produser ?”jawab ibuku kaget
                “kenapa kamu pengen kerja sedang impianmu ada didepan mata” sahut ayah
                “kuliah di ISI adalah impianku, namun impianku yang terbesar adalah melihat ochi menggapai impiannya” jelasku
                “ kamu yakin akan keputusanmu?” ibuku terlihat mulai mengerti
                “yakin bu, ini demi ochi”
                “maafkan ayah yang tidak mampu membahagiakan kalian novan dan ochi” ayah tertunduk sepertinya dia sangat terpukul
                “ini hidup yah, semua bisa terjadi. Semua batu ganjalan hanya sebuat anak tangga yang semakin banyak kita melewatinya semakin tinggi sesuatu yang kita dapat. Tolong jangan bilang sama ochi dulu yah”
                Kedua orang tuaku mengerti keadaanku, begitu badanku membaik aku akan segera berangkat. Akan kukumpulkan hasil kerja ku untuk masa depan ochi agar dia bisa menjadi seseorang yang tak sama denganku.


Sore ini aku dan ochi melihat sunset didanau yang letaknya tidak begitu jauh dari rumahku, pemandangan ini memang tak pernah ada duanya.
“abang mau ngomong, tolong ochi bisa mengerti ya..?”
“emang apa bang”
“abang membatalkan kontrak abang..”
“apa,,?? Itu kan cita-cita abang” sahut ochi kaget
“dengar dulu, abang mau pergi berlayar sama om. Nanti uang hasil berlayar, bisa digunakan untuk membiayai urusanmu dijepang”
“ochi ga mau mengorbankan abang demi cita-cita ochi” si cengeng ini mulai menitikkan air matanya lagi
“ini bukan tentang keegoisan. Abang sayang sama ochi, abang mau ochi bisa sukses dengan cita-cita ochi. Ada pepatah mengatakan cinta ibu sepanjang jalan, tp cinta abang sepanjang omelannya pak amir guru fisika kalo lagi marah, ga ada putus-putusnya. Hehe”
“kenapa sih, sudah cukup abang berkorban untuk ochi”
“impian abang yang terpenting adalah melihat ochi behagia. Hehehe. Abang berangkat besok, ayo abang pengen dengar ochi bilang azeeeek untuk yang terakhir kalinya”kataku sambil tersenyum
“azeeek” seraya ochi memelukku erat dan tak terbendung lagi cucuran air matanya.

Aku tak pernah mengangga keadaanku ini tragis, inilah jalan baru yang teah Allah bukakan untuk kami berdua. Semua cintaku untuk adikku ini, tak pernah bisa luntur oleh apapun.

Matahari mulai terbenam, berhenti menyinari kebersaanku dengan ochi, hari ini hari terakhir aku jalan-jalan dengan ochi. Mungkin sepulangnya aku berlayar, ochi telah menjadi orang yang sukses. Terbayang olehku senyum lebar dibibirnya ketika dia menggapai impiannya.



oleh
 "Bounty Novan"
 (sengaja nama teman ane disamarkan)


Ini hanya Kisah Fiksi, maaf saja kalau ada nama dan tempat yang sama dalam cerita pendek ini, mohon maaf yeh !!! azeeee
k
#minRA