perkenalkan saya #minZUC cowo paling ganteng di blog ini !! .
SELAMAT DATANG DI BASE WARRIORSJKT48
Senin, 14 Januari 2013

Arti Sebuah Senyuman'




'Arti Sebuah Senyuman'

Dengan nafas yang terengah-engah setelah aku di kejar-kejar anjing. Aku terhenti saat ku melihat Dia di
seberang jalan, aku tak tau siapa Dia. Wajahnya cukup cantik dan manis. Di tambah senyuman bibirnya
yang seksi. Aku singgah di sebuah kedai membeli segelas air minum untuk melepaskan dahaga yang
melanda tenggorokanku.

Setelah beristirahat aku langsung menggayuh pedal sepeda untuk pulang ke rumah. Sesampai dirumah,
kedua orang tuaku sedang pergi ke sebuah tempat yang aku tidak tau. Aku segera pergi mandi karena
badanku sudah bermandi keringat. Setelah mandi aku memakai pakaian dan menuju taman yang tak jauh
dari kompleks rumahku. Aku kaget si Dia juga sedang berada ditaman. Tanpa pikir panjang aku langsung
menghapirinya.

" Hai.... " kataku.
Dengan senyum aku menyapanya.
Tapi Dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah buku bergambarkan wajah yang jari telunjuk
menutupi bibir. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku.

" Hai... Boleh kenalan gak? "
" Iya ada apa? " katanya sambil menatap buku yang dibacanya.
" Aku boleh gak kenalan? Namaku Aditya " sambil mengulurkan tanganku.
Dia langsung berdiri lalu meletakkan bukunya di atas kursi dan memberi tahu namanya.
" Namaku Mova " katanya dengan senyum.
" Kamu tinggal dimana? " kataku.
" Aku tinggal di sebelah kiri toko buku dekat gerbang kompleks. Aku baru pindah kemarin. "

" Ooo…. Kamu anak baru ya? "
" Memang kenapa? "
" Tidak kenapa-napa kok. "
" Kamu mau gak temani aku jalan-jalan di taman ini. Lagi pula gak enak juga kalau suasananya begini-
begini saja " pintaku.
" Tapi kamu gak macem-macem kan? " tanyanya dengan wajah was-was.
" Ya ampun masa tampang aku yang lugu ini punya niat jahat. Lagi pula apa yang pengen aku rampas
dari kamu? " kataku dengan nada menyakinkan.
" Oke... Baiklah " katanya dengan lembut.

Langkah demi langkah mengawali perkenalanku dengan si Dia. Kami berjalan mengeliling taman, dari
pada hanya terdiam lebih baik aku memulai pembicaran. Aku menanyakan banyak hal kepadanya. Dan
kami selalu menyelingi pembicaraan kami dengan candaan yang cukup untuk mengisi suasana.
Sekarang sang mentari akan kembali ke peraduannya. Kami berjalan pulang bersama, karena arah rumah
kami searah. Rumah Mova berada di depan kompleks, sedangkan rumahku tak jauh dari depan kompleks.
Sesampai di depan rumah Mova kami berhenti dan menyempatkan diri untuk bercanda sebentar.

Suara teriakan Ibunya yang memanggil membuat kami berdua kaget.
" Mova… Mova… ayo cepat masuk, udah hampir malam nih! " teriak ibunya.
" Ya bu tunggu! Aditya aku duluan ya? " katanya dengan senyum.
" Iya... " kataku sembari membalas senyumannya.
" Kamu juga cepetan pulang, nanti di cariin sama Ibu kamu "
" Oke… Aku pulang ya. Dadah...! " sambil berjalan dan melambaikan tangan.

Di perjalanan, aku hanya bisa berguman " Baru kali ini aku bisa cepat berkenalan dengan seorang gadis,
apalagi gadis seperti Mova ". Kini aku berjalan di antara jalan yang sepi dengan sedikit penerangan dari
lampu jalan yang mulai redup dan di kerumuni serangga.

Sesampai di rumah aku di marahi oleh Ibuku.
" Kamu ke mana aja? " bentak Ibu.
" Maaf bu, aku tadi dari keliling taman " kataku sambil menunduk.
" Lain kali jangan pulang telat lagi ya? "
" Iya Ibu " sembari meninggalkan ibu di teras rumah.

**

Keesokan paginya aku bergegas untuk berangkat sekolah. Sambil mengendarai sepeda aku bertemu
dengan Mova.
" Selamat pagi nona Mova " sapaku.
" Eh kamu dit. " sapanya dengan senyuman.
" Kamu sekolah dimana? Kemarin aku lupa nanya ke kamu. "
" Aku sekolah di SMA Tunas 48 kok dekat kompleks sini. Mang kamu sekolah dimana dit? "
" Aku juga sama sekolah di situ. Ya udah bareng aku aja naek sepeda ini " kataku sambil menawarkan.
" Bener nie kamu gak keberatan boncengan sama aku. Badanku berat loh. "
" Jangankan badan kamu yang berat. Ngangkat cinta kamu yang berat aku sanggup kok. " kataku cengar-
cengir.

" Akh pagi-pagi sudah sarapan gombal aja. " katanya sambil duduk di belakang sepedaku dengan posisi
miring.
Aku tak tahu ternyata aku satu sekolah dengan dia, kemarin aku lupa nanya sih. Aku langsung mengayuh
pedal sepedaku.

Sesampai di sekolah aku langsung ke kelas dan aku kaget ternyata Mova juga sekelas dengan aku.
Malahan Dia duduk di sampingku, karena Gunanto teman aku baru pindah sekolah dua hari yang
lalu. " Wah tambah dekat aja gw dengan Mova " gerutuku dalam hati. Mova maju ke depan kelas dan
memperkenalkan dirinya ke teman-teman kelasku.

" Hai perkenalkan namaku Alissa Galliamova, panggil aja aku Mova. Aku baru pindah dari Bandung
kemarin, semoga kita semua bisa menjadi teman yang akrab. Oh iya aku juga pecinta merah dan teddy
bear loh. " sapanya sambil menundukkan badan.
" Oke…. " teriak semua temanku.

Kini kami semakin dekat. Kami selalu bersama, kami sembari bercerita tentang tugas sekolah.
" Kamu suka pelajaran apa? " tanyanya.
" Aku paling suka pelajaran Matematika "
" Kenapa kamu suka pelajaran itu? Padahal pelajaran itu agak rumit dan memusingkan. "
" Karena aku suka aja dengan hal yang rumit sehingga kalau sudah terpecahkan jawabannya akan menjadi
sebuah kebanggaan bagi diri sendiri, kalau kamu sukanya pelajaran apa? " tanyaku sebaliknya.
" Aku paling suka dengan pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya seperti pelajaran Sastra "
" Kenapa kamu suka pelajaran itu? " tanyaku.
" Karena aku suka membaca dan menulis seperti karya sastra. Bahkan aku sudah membuat beberapa
cerpen, mau baca? " katanya sambil menyodorkan beberapa cerpen karyanya.
" Loh ini bukannya buku yg kemaren kamu baca? Ini buatan kamu? Aku gak percaya! " tanyaku kaget.
" Iyalah, ini buatan aku. Kamu baca ya dan berikan saran, oke? "
" Oke… " kataku sambil tersenyum.

* Krrrrriiiiiiiiiinnnggg…. * Bunyi bel menandakan kami akan melanjutkan ke pelajaran berikutnya. Tapi,
guru yang mengajar tidak datang. Jadi aku dan Mova bersama teman-teman yang lain hanya bercerita
tentang hal-hal yang dapat membuat suasana kelas menjadi ramai.

Tak lama kemudian bel pulang sekolah berbunyi, kami pun pulang. Aku bersama Mova berjalan menuju
pintu gerbang, menertawai hal-hal yang lucu tadi. Di perjalanan pulang Mova berteriak.
" Auuuuhh sakit, Aditya bantu aku berdiri! " pintanya sambil memegang kakinya yg sakit. Ku liat kaki
Mova tersandung batu dan kelihatannya kaki Mova terkilir.
" Sudah jangan nangis dong, pasti kamu akan sembuh kok. " kataku menyemangati.
" Iya Aditya, tapi kaki aku sakit banget. Bantu aku berdiri dong! " pintanya.
" Auuuuhh…. Sakit!! " katanya sambil merintih kesakitan.
" Sini biar aku gendong deh, gak apakan? "
" Lah terus gimana dengan sepeda kamu? "
" Selow aja nanti juga ada yang anterin ke rumahku kok. "
" Kamu nyuruh teman kamu gitu maksudnya? " tanyanya.
" Nah iya aku sudah minta tolong kok sama temanku buat anterin sepedaku ke rumah aku. " jawabku.
" Dasar! Betul mau gendong aku, aku berat loh! " katanya sambil tersenyum.
" Sakit-sakit gini sempat aja ngelawak, sini naik cepat " kataku.
" Hehehe…. Aku beratkan? " tanyanya sambil tertawa.
" Jangankan badan kamu, ngangkat cinta kamu aja aku kuat. " kataku sambil tersenyum.

" Dasar kamu! " balas senyuman.

Sesampai di depan rumah Mova, Ibunya yang sedang santai di teras kaget saat melihat kedatanganku
yang menggendong Mova.
" Mova, kamu gak apa-apakan nak? "
" Gak apa-apa kok bu " kata Mova.
" Kakinya terkilir tadi waktu jalan pulang di sekolah tante ", kataku.
" Terima kasih ya nak …. "
" Aditya, tante! ", ucapku dengan maksud memperkenalkan diri alias SKSD(Sok Kenal Sok Deket).
" Iya terima kasih ya nak Aditya " katanya sambil tersenyum.
" Mova, tante, Aditya pulang dulu ya? " kataku.
" Iya nak Aditya, kapan-kapan main aja ke rumah ya? " kata ibu Mova.
" Baik tante " kataku sambil tersenyum.

Sehabis menggendong Mova punggungku rasanya ada yang beda. Seperti mengendong bidadari yang
copot sayapnya minta di gendong. " Aneh juga ya kalo di pikir ada bidadari yg minta di gendong karena
sayapnya copot " gerutuku dalam hati. Sesampai dirumah aku tak langsung melepas pakaian karena
baru kali ini aku mengendong seorang bidadari. Aku malah tak mandi juga biar bayangan Mova selalu
menempel di punggungku. Dan aku langsung makan siang. Sesudah itu aku langsung tidur karena aku
senang banget udah gendong Mova. XD

**

Keesokan paginya aku menunggu Mova di depan rumahnya. Saat melihat dia keluar rumah, dia sudah
bisa berjalan dengan baik. Aku kaget dan bengong melihatnya.
" Woii kamu kenapa bengong kaya gitu? " tanyanya sambil mencubit pipiku.
" Akh gak apa-apa kok! Eh kok cepat amat sembuhnya? "
" Iya nih, semalam aku dibawa ke tukang urut, rasanya sakit banget waktu di urut "
" Baguslah, daripada bengkak tidak di urut terus kamu mau berjalan dengan pincang? " kataku sambil
tersenyum.
" Ya udah ayo kita berangkat, nanti telat lagi " katanya sambil mengambil posisi duduk miring di
belakang sepedaku.

Sampai di sekolah teman-teman ku berkumpul membicarakan sesuatu, aku dan Mova bergegas ke sana
dan mendengar apa yang di ceritakan teman-temanku itu.
" Teman-teman, bagaimana liburan panjang sekolah nanti kita jalan-jalan? " kata ketua kelasku.
" Kita mau ke mana ? " tanyaku memotong pembicaraan.
" Kita akan pergi liburan, baiknya kita ke mana ya? " kata Rizky temanku.
" Bagaimana kalau kita pergi ke tempat rekreasi terkenal di kota Bandung! " kata Mova.
" Kita kan gak tau tempat rekreasi di Bandung. " sahut ketua kelasku.
" Tenang kok aku tahu tempat rekreasi di Bandung yang menyenangkan. Lagi pula ada om aku juga
sebagai penyalur pariwisata di sana. " jawabku sekenanya.
" Mahal gak biaya buat ke sana? " tanya Rizky lagi.
" Gak mahal kok justru lagi promo buat pelajar kaya kita. Baiklah kita akan ke Kawah Putih gimana? "
kataku.
" Setuju! " jawab Mova.
" Setuju! " jawab serempak.

* Krrrrriiiiiiiiiinnnggg..... * Bel masuk sekolah pun berbunyi. Murid-murid pun yang mengerubung tadi
sudah kembali ke meja masing-masing. Dan aku pun kembali ke mejaku. Mova bangga denganku karena
bisa memiliki ide secemerlang itu di tempat kelahirannya.
" Mangnya kamu punya sanak saudara di bandung dit? " tanyanya.
" Iya aku punya sanak saudara kok di sana. " jawabku sekenanya.
" Tinggal dimana saudara kamu? Terus berarti kamu sering main ke Bandung dong? " tanya Mova lagi.
" Di Jatinangor om ku tinggal. " jawabku sekenanya lagi(padahal sih ngeliat berita di tipi).
" Apa Jatinangor! Tante aku juga tinggal di situ. Wah kapan-kapan kalo kamu liburan mampir aja ke
tempat tante aku. Aku tiap minggu main ke sana kok. " jawabnya.
" Aduh tambah kacau nie gara-gara aku ngarang cerita " gerutuku dalam hati.

Dan akhirnya kami tidak memerhatikan penjelasan guru, akibat cerita kami yang semakin mengasyikkan.
Tak lama kemudian bel istirahat pun berbunyi. Rasanya aku tidak ingin berpisah dengan Mova walau
sekejap saja. Tapi, apa mungkin itu cuman perasaanku saja. Kami berkeliling sekolah mencari hal-hal
yang baru dan melupakan apa yang aku bayangkan tadi.

Tidak lama kemudian, bel kembali berbunyi kami berlari ke kelas. Kami berlari sambil tertawa dengan
senangnya. Rasanya hal ini adalah hal yang terindah bagiku. Sesampai di kelas kami duduk dan
menunggu guru. Tak lama kemudian, guru yang mengajar pun datang.

Aku merasa agak tidak enak badan. Mova iseng mencubit pipiku dan Mova kaget.
" Aditya kamu gak apa-apa, kan? " tanyanya dengan khawatir.
" Aku gak apa-apa kok. " kataku dengan nada yang pelan.
" Kamu sakit dan aku harus antar kamu pulang! " katanya sambil berjalan menuju meja guruku.
" Pak, Aditya sakit "
" Baiklah bawa dia pulang, kamu mau mengantarnya? " tanya pak guru.
" Iya pak aku bisa kok. "

Berhubung sudah hampir pulang Mova memasukkan barang-barangku ke dalam tas
lalu dia juga membereskan barang-barangnya.
" Ayo aku antar kamu pulang " katanya.
Mova meminta ijin mengantar aku pulang. Sambil memegang jemari-jemariku dan sesekali memegang
keningku. Mova selalu bertanya tentang keadaanku. Tapi, aku hanya bisa menjawabnya dengan kalimat, "
Aku baik-baik saja kok, gak usah khawatir. "

Sesampai di rumah aku langsung di bawa Mova ke kamarku sembari ibu mengomel-ngomeliku.
" Ini sebabnya kalau makan gak teratur " kata Ibuku.
" Sudah tante, Aditya kan lagi sakit”, pinta Mova ke Ibuku.
" Biarlah nak, biar dia tahu rasa " kata Ibuku.
" Kalau begitu aku pulang dulu tante. "
" Nak nama kamu siapa? "
" Nama aku Mova, tante "
" Terima kasih ya nak Mova, udah bawa pulang anak tante ini. "
" Iya, sama-sama tante " katanya.
Aku melihat senyuman indah dari Mova saat akan keluar dari kamarku.

**

Keesokan paginya, rasanya badanku sudah sehat. Aku bergegas menyiapkan barang yang akan ku
bawa. Aku mandi dan sesudah itu berpakaian rapi dan langsung menuju rumah Mova. Tapi, Mova
sudah berangkat duluan. Aku langsung ke sekolah. Sampai di sekolah aku melihat Mova dan langsung
menghampirinya.

" Aditya, kamu udah sembuh? " katanya.
" Iya aku udah sembuh kok. " kataku sambil meraih tangannya dan meletakkannya di keningku.
" Syukur deh kalo kamu sudah sembuh. Makanya lain kali yang teratur pola makannya. " katanya.
" Iya deh maaf-maaf kemarin aku sudah merepotkanmu. " kataku sambil mengelus rambut Mova.
" Kan aku juga kasihan, kamu kemarin lagi sakit malah di omelin sama Ibu kamu. "
" Ibu aku tuh emang begitu sifatnya. Jadi setiap aku melakukan kesalahan gara-gara keteledoran aku, Ibu
aku tuh terus aja marah-marah mulu udah kaya kebakaran jenggot. "
" Haha... Mangnya Ibu kamu punya jenggot apa? " katanya sambil cekikikan mendengar ucapan anehku.
" Iya juga sih Ibu aku gak punya jenggot. Tapi itu kan cuman ibarat tau. " kataku sambil garuk-garuk
kepala.

* Krrrrriiiiiiiiiinnnggg..... * Bel tanda masuk sekolah pun berbunyi. Ketua kelas pun mengambil suara
bersikap kepada guru Matematika. Dan inilah pelajaran yang ku tunggu-tunggu. Beberapa murid seperti
memasang muka bosan dengan pelajaran ini termasuk dengan Mova. Detik demi detik terus berjalan
hingga bel istirahat pun berbunyi. Kali ini aku pergi ke perpustakaan untuk mencari informasi tentang
pariwisata Kawah Putih.
" Mova kamu duluan aja ke kantin ya. Aku mau ke perpustakaan dulu ada perlu sebentar " kataku.
" Ih kamu tuh bandel ya. Baru aja kemarin kamu sakit gara-gara telat makan. Terus sekarang kamu mau
sakit lagi? " kata Mova nada bentak.
" Iya-iya nanti aku gak lupa makan kok. Tenang aja aku masih kenyang belum lapar. " kataku.
" Ya sudah terserah kamu. Nanti kalau kamu kenapa-napa jangan salahin aku ya. " kata Mova dengan
bibir manyun.

Akupun bergegas menuju ke ruangan perpustakaan. Ku pilih rak buku dengan kategori wisata. Ku pilih
satu persatu buku yang ada di rak. Dan akhirnya ku dapatkan buku dengan ukuran yang cukup lebar
dan bergambarkan pemandangan gunung. Ku buka halaman demi halaman hingga ku temui halaman
26 bertuliskan 'Panorama Kawah Putih'. Betapa kagum aku melihat sebuah gambar pemandangan yang
cukup mengagumkan. Dan tepat di tempat itu aku ingin menyatakan tentang perasaan ku. Perasaan yang
sudah mulai mengebu-ngebu. Aku tak tahu harus dimana mengungkapkannya. Dan dengan ide ngasalku
akhirnya aku bisa menemukan. Dimana di sana tempat kelahiran Mova juga. Aku tak sabar menunggu
hari tersebut. Dan secepatnya aku segera ke kantin karena Mova sudah menungguku di kantin.

**

Lebih cepat hari di kalender. Dan liburan sekolah pun tiba. Aku sudah tidak sabar menunggu dimana
akan menjadi moment istimewa bagiku. Ku persiapkan semua perbekalanku buat disana. Tidak lupa juga
persiapan diri yang matang untuk mengungkapkan perasaanku ini. Akupun segera berangkat menuju
sekolahku karena bus menunggu disana. Sesampai di sekolah ku tak melihat Mova. Mungkin Mova
belum sampai. Dan ketika ku menengok ke sebuah gerbang sekolah terlihat wajah manis Mova. Akupun
begong melihat paras wajahnya yg sungguh hari ini cantik sekali. Mova memakai baju berwarna merah

dan memakai slayer meliliti lehernya. Ku hampiri dan sambil berkata, " Mova, kau cantik hari ini " dan
Mova hanya tersenyum kecil di hadapanku.

Tak berapa lama kemudian, bus yang akan mengantar kami ke Kawah Putih pun datang. Aku duduk di
belakang bersama anak lelaki lainnya. Mova berada di depan bersama teman wanitanya. Di perjalanan
rasa gelisahku semakin tak menentu. " Inginku hembuskan gelisah di dada dengan nafasku. " gumanku
mendengar sebuah lagu dari handphoneku. Selang tak berapa lama suara keras terdengar dari luar bus
kami. *Dooorrr!!* Kami pun semua terkejut mendengar suara itu. Dan tiba-tiba bus kami oleng menjadi
tak seimbang. Aku memiliki pirasat buruk dan benar ban bus kami pecah. Naas tak berselang beberapa
lama bus kami tumpangi menabrak pembatas jalan dan masuk ke jurang.

Aku merasa kepalaku sakit, saat ku pegang kepalaku mengeluarkan darah yang banyak. Tapi, yang ada di
pikiranku sekarang adalah Mova. Aku langsung berteriak dengan nada yang lemah.
" Mova... Kamu gak apa-apa, kan? " Aku tak mendengar suaranya. Aku melihat teman-temanku terluka
dan mengeluarkan banyak darah. Saat aku ke tempat duduk Mova, aku melihat kepala Mova juga
mengeluarkan banyak darah. Segera aku mengendong Mova dan mengeluarkan dari bus itu.
" Mova bangun Mova! Bertahanlah Mova! Aku akan segera memanggil ambulans! Bertahanlah Mova! "
teriakku panik.
" Bertahanlah Mova! ", Tiba-tiba kepalaku juga pusing karena mengeluarkan darah yang banyak. Dan aku
pun pingsan.

**

" Aditya, Aditya, bangun nak, Ibu di sini. " kata Ibuku sambil menangis.
Mendengar suara itu, aku terbangun. Aku sekarang berada di rumah sakit, aku kaget dan berteriak.
" Dimana Mova bu? Mova baik-baik sajakan bu? " kataku panik.

Ibu hanya terdiam sambil menatap ayah.
" Ibu apa yang terjadi? " Aku mulai meneteskan air mata.
" Maaf nak, kini Mova sudah berada di tempat lain. " dengan nada yang pelan ibu memberitahuku.
" Jadi maksud ibu? " kataku dengan nada tinggi.
" Iya nak, Mova telah meninggal akibat kecelakaan itu. " kata ibu sembari memelukku.

Aku terduduk di ranjang dan dipeluk ibu sambil menangis dengan keras dan berkata, " Kenapa Mova
terlalu cepat meninggalkan aku bu? "
" Aku belum sempat menyatakan perasaanku ini! Sungguh tragis sekali aku tak sempat menolong dia!
Aku lelaki bodoh! " teriakku seisi ruangan.

Aku kembali terdiam dan mengingat kembali saat-saat aku bersama Mova. Mengulang kembali cerita
pertama kali aku berkenalan dengan Mova. Sungguh tak ku sangka secepat ini berlalu mengenal Mova.
Dan perasaanku ini terkubur sudah dengan jiwa Mova yang bahagia di sana. Aku tak pernah bisa
melupakan di saat pertama aku melihat senyuman Dia paling indah. Di saat aku sakit, Dia memberiku
senyuman yang ku anggap anugerah terindah dan menjadi senyuman terakhir darinya. :"))

****

Sigitarius Risqi.L
@RadiOshi48

0 komentar:

Posting Komentar

#minRA