perkenalkan saya #minZUC cowo paling ganteng di blog ini !! .
SELAMAT DATANG DI BASE WARRIORSJKT48
Kamis, 15 November 2012

PENGGALAN DARI NOVEL : THE WARRIORS 48 : Series 2 [AFTER DARK]

PENGGALAN DARI NOVEL :
THE WARRIORS 48 : Series 2
[AFTER DARK]

           

Writed by :
Aruvian_Di







......
            Sore itu di sudut pantai Pantai Losari, Makassar, orang-orang berkumpul dan bercengkrama dengan kerabatnya menikmati suasana santai akhir pekan.  Di bawah langit merah hiruk pikuk masyarakat yang memadati tepian pantai untuk menyaksikan salah satu momen terindah ciptaan yang maha kuasa,  menyaksikan bagaimana pelita bumi bergerak ke ufuk barat untuk segera digantikan oleh sang dewi malam. Seorang pemuda duduk di teras pembatas pantai menatap ke arah laut sembari membaca buku. Dengan perawakan tinggi dan mengenakan kaos hitam berlogo Purgatory Mogerz  ia tampak cuek dengan keramaian sekitarnya. Tak lama berselang ponselnya berbunyi, sebuah pesan singkat masuk.

“Ok Bro, gw udah fix tanggalnya. Kabarin lagi aja ya.”Pesan singkat tersebut datang dari sahabatnya yang tinggal berbeda pulau. Mereka akan bertemu di suatu tempat dalam waktu dekat ini.
Ia mengetik pesan balasan dengan singkat “Ok”. Tak lama kemudian pesan singkat lainnya datang
“Gw udah mulai libur minggu depan, bisa diaturlah.” Pesan tersebut datang dari sahabatnya yang lain. Kali ini dari dia yang tinggal satu pulau, namun berbeda kota. Mamuju.
            Dalam hati rasanya sudah tidak sabar untuk bisa bertemu lagi dengan mereka berdua. Sudah dua tahun lamanya, ya kira-kira sudah lewat dua tahun sejak terakhir kali mereka bertemu, dan juga mengalami kejadian itu. Memori kelam yang menyakitkan dan akan terus mereka kenang selamanya. Walaupun begitu menyakitkan mereka dalam waktu dekat ini akan kembali lagi ke tampat itu, tempat dimana semua memori indah dan kelam yang mereka alami 2 tahun lalu.
......
***


.........

            Ruangan itu berukuran tidak terlalu besar, hanya ada meja persegi di tengah ruangan dengan penerangan sebuah lampu jenis bohemian di langit-langitnya dan sebuah lambang pentagram raksasa berwarna merah darah mencolok tepat di belakang pria bertudung itu duduk. Pria itu kini melepas tudungnya, kini terlihat wajahnya secara jelas. Perawakan yang sangat dingin dengan tatapan mata tajam, kepala botak dan potongan kumis yang menyatu dengan janggutnya. Penampilannya itu mengingatkan akan sosok seorang penganut paganisme bernama Alleister Crowley yang pernah hidup di awal abad 20. Ia menatap mereka yang hadi di dalam ruangan itu satu per satu dengan tatapan tajam, seolah seperti ular yang hendak mencengkram mangsanya.
            Ia lalu beralih pada seorang pemuda gondrong, berkaos metal hitam bergambar salah satu band metal internasional, dengan mengenakan kalung bintang segi enam di lehernya. “Bagaimana denganmu ha? Rencana konsermu itu? Apakah itu cukup menjanjikan seperti yang kau gembar gemborkan?”
Pemuda berkaos metal yang dimaksud itu kemudian hanya menyeringai dan menjawab dengan mantap.
“Tidak ada masalah ketua. Pengikut band kami semakin banyak, dari konser bawah tanah hingga gig yang cukup besar. Simbol-simbol kami sudah bertebaran dimana-mana, di event sebulan lagi kami akan membaur dengan semua elemen yang terlibat. Tidak akan ada yang menyadari, pada saat itu akan kami umumkan kebangkitan.”
“Kau yakin itu bisa berhasil begitu saja? Itu bukanlah event biasa yang hanya dihadiri pengikut kalian saja. Akan ada banyak penggemar dari genre lain yang akan datang”
“Memang benar. Justru disitulah intinya ketua. Itu akan jadi kesempatan bagus untuk menyebarkan paham kita di kalangan remaja yang masih labil itu. Rencana dari kami adalah untuk menjadikan salah satu pengisi acara sebagai media inisiasi sekaligus tumbal kita. Ini akan menjadi seperti penampilan RollingStone, Led Zepellin ataupun Beatles di Woodstock 70 tahun lalu”
“Dan siapakah mereka, pengisi acara yang kau maksud?”
“Mereka adalah Idol group, JKT 48”

......
***
......

            Di langit sana hujan gerimis sedang turun membasahi semua elemen di bumi. Tanah, batu, aspal jalanan, semuanya basah tampak segar menerima karuniaNYA. Sementara udara dingin yang menggigit membuat semua orang memilih tinggal di peraduannya masing-masing. Waktu hampir menunjukkan pukul 22.00, dari sebuah ruangan kecil di sebuah rumah yang terlihat sederhana namun memiliki halaman yang asri dengan pepohonan beserta tanaman lainnya terdengar alunan suara dari sebuah lagu yang sedang diputar di kamar itu. Tak beberapa lama terdengar sebuah ketukan di pintu.
            “Assallamualaikum...” terdengar suara orang mengucapkan salam.
“Siapa yang datang berkunjung malam-malam begini?” Pikir pemuda itu dalam hati, ia pun beranjak turun dan harus rela menuliskan ide-ide selanjutnya tertunda.
“Wa’alaikumsalam.” Ia membukakan pintu dan mendapati seorang gadis berambut pendek dengan warna kecoklatan dan mengenakan sweater berwarna putih salju. Ah, bukan, dia bukanlah penampakan makhluk halus, walaupun wajahnya yang sangat halus akan menimbulkan getaran bagi siapa pun yang memandangya. Gadis itu orang yang sudah sangat dikenalnya. Tangannya tampak penuh memegang sebuah bejana nasi berukuran besar yang ditutupi tudung. Aroma bumbu rempah-rempah dan asap menyembul keluar dari dalamnya.
“Kakak..Aku bawakan makan malam, dari tadi sore kan hujan terus kakak pasti belum makan kan?” Ia Berkata sembari menyerahkan bejana itu ke tangan pemuda di depannya.
“Repot-repot segala. Aku gak laper kok, tadi sore juga sudah makan banyak. Malam gak makan lagi juga gak apa-apa”
“Eh, gak boleh nolak pemberian orang. Itu nasi goreng buatanku sendiri lho. Aku tau kakak pasti mau kerja sampai begadang lagi. Makanya aku buatkan sekalian kalau tengah malam nanti kakak mau makan lagi, Oh iya Furu senpai, juga pasti sudah laper kan?”
“Dia sudah tidur sejak habis sholat Isya tadi. Kalo udah kena udara dingin begini sih langsung KO dia”
“Hihi. Iya ya.” perempuan itu tertawa renyah, sedap sekali memandangnya.
“Oh iya , kakak gambar buatanku sudah hampir jadi. Besok kakak mau lihat kan?”
“Iya, waktu sore ya. Paginya aku mau pergi”
“Ok.. kalau begitu aku pulang dulu. Dimakan ya kak. Assallamualaikum”
“Iya.. Terima kasih ya. Pasti dimakanan kok. Wa’alaikumsalam”
            Gadis itu setengah berlari menembus gerimis hujan keluar dari pekarangan rumah menuju jalan. Hujan yang turun menjadi semakin deras berpadu dengan udara malam yang dingin.
***


(NB : Penasaran dengan kelanjutannya? Tunggu tanggal rilis versi full novelnya  ya ^^  Domo Arigatou)

0 komentar:

Posting Komentar

#minRA